Ads 468x60px

Robot ITB the 18th Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest 2011 di Hartford


The 18th Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest 2011 merupakan kontes robot pemadam api tertua di dunia. Trinity College merupakan perguruan tinggi yang pertama kali menyelenggarakan kontes robot pemadam api, sehingga pelaksanaan kontes robot cerdas pemadam api di seluruh dunia berkiblat pada kejuaraan ini.


Selesaikan Seluruh Tantangan Misi
Dijelaskan oleh Dody Suhendra (Teknik Elektro 05), manajer tim robot ITB, bahwa pada kontes yang berlangsung Sabtu-Minggu (09-10/04/11) ini, terdapat beberapa tantangan yang ditawarkan untuk diambil oleh peserta kontes. Tim robot ITB memutuskan mengambil semua tantangan, dan berhasil mengatasi seluruhnya dengan baik.

Pada kontes ini, robot pemadam api yang dilombakan diletakkan di dalam labirin. Labirin yang satu berbeda dengan labirin lainnya, sehingga robot harus dapat menyelesaikan misi pada kondisi labirin yang berbeda-beda. Labirin satu dengan lainnya memiliki posisi pintu dan posisi sumber panas yang berbeda-beda. Robot ITB mampu menyelesaikan misi dalam kondisi posisi pintu dan posisi sumber panas yang diacak, serta tidak terkecoh oleh sumber panas lain seperti lampu.

Robot ITB pun dapat menyelesaikan misi dengan baik dalam berbagai posisi start. "Robot dari negara lain hanya dapat memulai penyelesaian misi pada posisi start tertentu," tutur Dody. "Lain halnya dengan robot ITB, dimanapun diletakkan pada awalnya, ia dapat melanjutkan mencari sumber api dan memadamkannya dengan baik," ungkapnya.

Selanjutnya, robot ITB dapat mengetahui kondisi ruangan tanpa memasukinya secara penuh. "Hanya dengan masuk setengah badan, robot ITB sudah dapat mengetahui apakah di ruangan tertentu terdapat sumber api. Jika tidak terdapat sumber api, robot akan keluar lagi. Robot dari negara lain harus masuk seluruh badan untuk dapat mengetahui kondisi ruangan," tambah manajer tim robot ITB ini.

Dody bercerita bahwa dia dan timnya sempat kurang percaya diri menghadapi Portugal, dimana terdapat mahasiswa pascasarjana di dalam tim, menghadapi Cina dan nama besarnya, serta tim robot juara nasional dari Israel. Bahkan, terdapat tim dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat.

Namun tim robot ITB berusaha yakin akan kemampuan yang dimiliki. Robot ITB di antaranya unggul dalam hal kekokohan desain mekanik, kematangan riset (riset telah dilakukan selama dua tahun), serta efisiensi dan efektivitas program.

Sukses Atasi Hambatan Nonteknis

Prestasi ini, dituturkan oleh Dody, dicapai bukan tanpa hambatan. Komponen yang dibutuhkan untuk mendesain robot umumnya tidak tersedia di lab, sehingga tim robot harus membeli menggunakan sumber pendanaan yang terbatas. Tidak jarang, komponen-komponen yang diperlukan harus dibeli di luar negeri. Lain halnya dengan negara seperti Cina dan Amerika Serikat; komponen mekanik seperti motor servo atau baling-baling tertentu telah tersedia di dalam negeri. Kurangnya dana tentu merupakan hambatan yang signifikan. Kebutuhan untuk riset dan desain mencapai nominal 60 juta.

Ruangan untuk pengetesan juga seringkali tidak tersedia; untuk melakukan pengetesan, idealnya dibutuhkan ruangan 15 x 15 meter persegi. Tim robot juga harus berkonsentrasi mendesain robot di tengah-tengah beban kuliah dan tuntutan akademik. Waktu yang tersedia untuk desain, perakitan, dan pengetesan hanyalah malam atau akhir minggu.

Di luar kendala desain dan perakitan, sebenarnya terdapat kendala-kendala nonteknis. Kemampuan tim robot ITB untuk dapat bersaing di tengah-tengah kendala yang dihadapi sudah merupakan prestasi yang membanggakan.

sumber : http://www.itb.ac.id/news/3201.xhtml

0 comments:

Post a Comment